Oleh : Maswha Faizah
Sore itu Adna mendapat tugas untuk memasak. Sejak duduk di bangku SD Adna sudah terbiasa membantu ibu di dapur. Kini ia sudah kelas 3 MTs. (Madrasah Tsanawiyah). Kebiasaannya ketika memasak adalah membaca koran bungkusan belanjaan. Ya walaupun terkadang artikel yang ia baca tidak lengkap. Tapi sore itu Adna menemukan bungkusan yang sangat menarik. Di potongan koran tersebut ada iklan Bina Sarana Informatika. Adna sudah sering melihat iklannya di TV. Adna memandangi koran lecek itu dengan penuh harap. Andai ada kesempatan, ia ingin kuliah di sana nanti. Adna pun menyimpan lembaran iklan itu baik-baik.
Sore itu Adna mendapat tugas untuk memasak. Sejak duduk di bangku SD Adna sudah terbiasa membantu ibu di dapur. Kini ia sudah kelas 3 MTs. (Madrasah Tsanawiyah). Kebiasaannya ketika memasak adalah membaca koran bungkusan belanjaan. Ya walaupun terkadang artikel yang ia baca tidak lengkap. Tapi sore itu Adna menemukan bungkusan yang sangat menarik. Di potongan koran tersebut ada iklan Bina Sarana Informatika. Adna sudah sering melihat iklannya di TV. Adna memandangi koran lecek itu dengan penuh harap. Andai ada kesempatan, ia ingin kuliah di sana nanti. Adna pun menyimpan lembaran iklan itu baik-baik.
Sejak SD Adna sudah menyukai komputer. Sebenarnya Adna
hanya melihat komputer dari sinetron yang suka ditonton oleh ibu. Adna
benar-benar ingin mempelajari komputer. Hanya saja ia tidak punya banyak
kesempatan untuk mempelajarinya. Bahkan ia bercita-cita memiliki pekerjaan yang
kerjaannya di depan komputer seharian penuh. Meski Adna sendiri tidak tahu apa
yang bisa ia kerjakan di komputer. Ah, itu urusan nanti.
Ketika duduk di kelas 5 SD beberapa temannya mengikuti
les komputer. Tentu saja Adna sangat ingin mengikuti les itu. Ia merengek
kepada orang tua. Bahkan Adna rela tidak jajan, biar saja uangnya untuk
membayar les komputer. Adna mau melakukan apa saja, yang penting ikut les! Tapi
tidak dengan orang tua Adna. Ya, orang tua mana yang tega membiarkan anaknya tidak
jajan di sekolah. Padahal di desa tempatnya tinggal baru kali ini ada les
komputer. Dengan sangat berat hati ia melepas kesempatan itu.
Memasuki MTs. (Madrasah Tsanawiyah) Adna akhirnya
berkenalan dengan komputer. Ah, senangnya. Walaupun satu komputer kadang harus
bertiga. Tidak apa, yang penting ia bisa mengenal komputer. Di sekolah ia mulai
belajar bagaimana mengoperasikan komputer, mengenal Ms. Office 2003. Sayangnya,
pelajaran komputer hanya satu jam dalam seminggu. Itupun harus bergantian masuk
lab karena terbatasnya fasilitas.
Lulus SMP, Adna tidak banyak mendapat ilmu komputer
selain mengetik. Tahun 2007, ketika Adna duduk di bangku kelas 2 MA (Madrasah
Aliyah) ia mulai belajar mengenal internet. Lagi-lagi, ia hanya mendapat teori
di sekolah tanpa ada praktek. Adna sangat penasaran, secanggih apakah internet
itu? Ternyata temannya yang bernama Samsuri, sudah mencoba yang namanya
internet. Ia pun meminta Samsuri untuk mengajarinya. “Ya udah, besok pulang sekolah lu ikut gue ke warnet UI. Gue biasa
kesana.” Begitu kata Samsuri. Adna menyanggupinya, karena waktu itu di
desanya pun agak sulit mencari warnet.
Esoknya, sepulang sekolah Adna dan Samsuri berangkat ke
UI, Depok. Awalnya ia sudah mengajak teman-temannya, tapi tidak ada yang mau. Ah, dasar pada gak mau maju, gak mau kenal
tekhnologi! Umpat Adna dalam hati, kesal. Untuk sekedar kumpul-kumpul
sepulang sekolah mereka selalu ada waktu. Tapi untuk belajar mereka tidak mau
meluangkan waktu. Sudahlah, toh Adna tetap berangkat.
Ini kali pertama Adna ke warnet. Setelah duduk di depan
komputer, Adna mencoba memraktekan teori yang didapat dari sekolah. Aneh,
kenapa komputernya diam tidak bergerak. Terlintas rasa takut di hati. Duh, gimana kalo komputernya rusak? Samsuri
di mana? Adna sudah mencoba menekan semua tombol di keyboard. Sama sekali tidak berpengaruh. Sesekali Adna celingukan
mencari Samsuri untuk meminta pertolongan.
Tidak tahu lagi harus bagaimana, Adna pun bertanya pada
laki-laki di sampingnya. Ternyata dia memang operator warnet. Ajaib, dengan
sekali sentuh komputer sudah normal kembali. Operator warnet inilah yang
mengajarkan Adna cara menggunakan internet. Ia juga belajar membuat e-mail. Pengalaman luar biasa bagi Adna.
Masa SMA berjalan begitu cepat. Tidak terasa sebentar
lagi Adna akan menghadapi ujian nasional. Hampir semua teman Adna sudah
memiliki jalan masing-masing. Ada yang bekerja dan ada pula yang melanjutkan
kuliah. Sayangnya tidak dengan Adna. Ia tidak mencari pekerjaan dan belum ada
kejelasan tentang kuliah.
Sampai saat ini, Adna masih menyimpan iklan BSI yang ia
temukan beberapa tahun lalu. Ia pandangi potongan koran lecek tersebut. Ia
menarik nafas dalam-dalam. Adakah kesempatan untuk kuliah di BSI? Hm, sepertinya
Adna sudah tidak ada harapan lagi untuk melanjutkan kuliah di BSI. Adna meremas
iklan yang selama ini ia simpan, kecewa. Untuk apa disimpan, sudah tidak
berguna.
Lagi, persoalan ekonomi. Persoalan yang dialami oleh
sebagian besar rakyat Indonesia juga menimpa Adna. Sempat terpikir untuk
mencari beasiswa. Tapi Adna tidak mengerti caranya. Sekolahnya pun tidak
memberi informasi tentang itu. Lagi pula Adna tidak begitu yakin, dengan
kemampuannya yang minim apakah bisa mendapat beasiswa?
Pagi itu di sekolah, kelas Adna kedatangan seseorang dari
sebuah perguruan tinggi swasta di Bogor. Ia memperkenalkan lembaga yang
menyelenggarakan program D1 Informatika. Melihat biayanya sepertinya terjangkau
untuk orang tua Adna. Senyum mengembang dari wajah Adna. Ada harapan di sana,
harapan agar ia bisa kuliah. Setelah melewat beberapa pertimbangan, akhirnya
Adna membicarakan hal ini pada orang tua.
Kali ini Adna benar-benar bisa tersenyum. Meski harus
meminjam pada Nenek, orang tua Adna akhirnya mendafatarkannya kuliah. Bukan di
BSI tapi di perguruan tinggi yang tempo hari mendatangi sekolah Adna. Tidak
apa, Adna akan mengubur impiannya untuk kuliah di BSI. Memang benar, terkadang
kenyataan tidak harus sesuai harapan. Toh yang ia inginkan adalah mempelajari
ilmu komputer. Tidak peduli di mana tempatnya.
Tanpa terasa Adna telah selesai menjalani perkuliahannya
yang sangat singkat, +1 tahun. Kini Adna mengajar les komputer gratis di
sebuah yayasan dekat rumah. Berbagi ilmu yang ia dapatkan semasa kuliah.
Sungguh menyenangkan. Walaupun hanya mengajar sendiri, Adna tetap mencoba
bertahan. Ini adalah ajang balas dendam. Balas dendam untuk masa kecilnya yang
tidak punya kesempatan mengikuti les komputer. Balas dendam atas impiannya yang
terkubur. Ia tidak ingin hal serupa terulang lagi. Ia tidak ingin ada Adna
lain.
Sebaliknya, Adna ingin memperkenalkan komputer kepada
anak-anak di desanya. Adna ingin tidak ada lagi anak di desanya yang tidak
mengenal komputer. Biarlah Adna mengubur impiannya kuliah di BSI. Tapi ia
berharap hal ini tidak terjadi lagi pada anak-anak di desanya. Sulit memang,
tapi bukan berarti tidak bisa. Bukankah Allah telah menyatakan, sesungguhnya
setelah kesulitan akan datang kemudahan. Sesungguhnya setelah kesulitan akan
datang kemudahan.
RSS Feed
Twitter
Jumat, Februari 08, 2013
Unknown

Posted in
0 komentar:
Posting Komentar