Jumat, 08 Februari 2013


Oleh : Maswha Faizah
 
Oktober 2010, kuputuskan berhenti bekerja dari sebuah kantor pemasaran perumahan. Bukan karena tidak ingin bekerja, tapi karena sistem kerja yang baru. Sistem baru itu memaksaku untuk bekerja melebihi waktu biasa. Selain itu, sistem baru ini membuatku sulit meminta izin.
Aku aktif di sebuah harokah. Aktifitasku di sana adalah mengaji dalam perhalqahan lalu menyampaikannya pada yang lain. Jika ditinjau dari hukum Syara’, aktifitas menuntut ilmu dan menyampaikannya adalah wajib. Sedang bekerja adalah mubah bagi seorang muslimah. Atas dasar inilah kuputuskan untuk berhenti bekerja.
Aku yakin berhenti bekerja bukan berarti memutus tali rezeki. Rizki minallah, begitu yang selalu kuyakini. Meski begitu, aku mengerti bahwa rezeki tidak datang dengan sendirinya. Ada sebab akibat atau perantara yang harus dijalani. Tuntutan kehidupan mengharuskanku mencari pekerjaan baru. Pekerjaan yang tidak terlalu menyita waktuku.
Setiap hari aku mencari info lowongan kerja, dari internet, koran atau teman. Entah berapa banyak surat lamaran yang kulayangkan via pos. Tidak hanya lewat pos, aku juga mengirim lamaran via e-mail. Entah berapa banyak uang yang kuhabiskan untuk memenuhi panggilan interview. Bukan hanya usaha, do’apun tak lupa kupanjatkan. Shalat sunnahpun kujalankan. Namun pekerjaan belum juga berpihak padaku.
Sebenarnya ada beberapa perusahaan yang menerimaku. Sayangnya, perusahaan tersebut tidak berbeda dengan pekerjaan lamaku. Untuk apa aku terima, sedang kantor lama yang masih menawariku pekerjaan saja aku tolak. Aku juga sempat mendatangi perusahaan yang hanya menipu para pencari kerja. Untuk bekerja di perusahaan tersebut kami harus membayar uang training sebesar Rp. 500.000,-. Setelah kucari info, ternyata perusahaan tersebut masuk dalam blacklist perusahaan penipu. Untungnya aku tidak tertipu.
Setelah perusahaan itu, aku mendapat panggilan dari sebuah perusahaan. Tidak jauh berbeda dengan sebelumnya, menurutku ini juga penipuan. Di koran dikatakan perusahaan tersebut membutuhkan admin, sekretaris dan lainnya. Tapi di hari interview aku dan pelamar lainnya diajak untuk berjualan, manjadi sales marketing. Katanya, untuk mendapatkan posisi yang diinginkan kita harus menjual produk mereka selama +3 bulan.
Mencari pekerjaan terasa sangat sulit. Harus bagaimana lagi untuk mendapat pekerjaan? Tidak bisa dipungkiri, orang tua dan orang di sekitarku yang menanyakan soal pekerjaan juga membuatku tertekan. Pusing! Dua bulan ini aku hanya membuang waktu, tenaga dan biaya. Hasilnya, nol besar. Kadang aku menangis di sepertiga malam. Mengadukan semua pada Allah. Memohon agar Dia mau mengabulkan do’aku, menjawab usahaku.
Sudahlah, aku tidak mau lagi pusing dengan mencari pekerjaan. Terserah apa yang akan orang tanyakan padaku. Yang aku tahu, aku sangat lelah. Januari 2012 kubiarkan berlalu tanpa mencari pekerjaan. Aku tidak lagi membeli koran, ke warnet, atau bertanya pada seorang teman. Tidak. Setidaknya hingga lelah ini tidak lagi bersamaku. Aku masih yakin, rizki minallah.
Waktu luangku lebih banyak kupergunakan untuk menjalankan aktifitas di harokah dan introspeksi diri. Hingga tepat di sepertiga malam Jum’at, 17 Pebruari 2012, di hari kelahiranku. Aku kembali introspeksi diri, mengapa selama ini usaha dan do’aku untuk mendapat pekerjaan belum juga terjawab.
Aku beristighfar berkali-kali. Seakan Allah telah menjawab. Mengapa Allah tidak juga memberiku sebuah pekerjaan? Mungkin selama ini aku hanya fokus mencari pekerjaan, mencari dunia. Aku telah lupa alasanku meninggalkan pekerjaan lamaku. Setiap malam do’aku hanya tentang pekerjaan. Tidak pernah kudo’akan keluargaku saudara-saudara seagamaku. Seakan-akan akulah satu-satunya orang yang sedang dalam kesulitan.
Betapa egoisnya aku. Pantas saja Allah tidak juga menjawabnya. Betapa malunya aku pada Allah saat ini.
Ya Allah, ampuni aku. Aku tidak ingin lagi terjebak dalam urusan dunia hingga melalaikan kewajibanku. Kuserahkan semua padamu, Engkau tahu yang terbaik untukku. Jika Egkau menghendaki sebuah pekerjaan, apapun itu akan kuterima tapi jika tanpa pekerjaan akan lebih mendekatkan aku padaMu, sungguh, aku ridho....
Lega rasanya menyerahkan semua pada Allah. Lelah yang selama ini menyelimutiku hilang tidak berbekas.
Jum’at pagi sekitar pukul 07.00, seorang tetangga memanggilku. Ia menawariku sebuah pekerjaan di daerah Bogor. Kebetulan kantor tempat suaminya bekerja sedang membutuhkan administrasi baru. Seketika itu juga aku merasa Allah menjawab usaha dan do’aku. Akhirnya kucoba melamar di perusahaan tersebut. Alhamdulillah, pekerjaan itu cocok. Tanpa perlu kuhabiskan waktu, tenaga, dan biaya.
Ketika telah kuserahkan semua pada Allah, Allah-lah yang menyelesaikannya. Allah menjawabnya. Ya, serahkan saja pada Allah. Sisanya biarkan Allah yang mengurus.
***