Oleh : Maswha Faizah
Oktober 2010, kuputuskan berhenti bekerja dari sebuah kantor pemasaran perumahan. Bukan karena tidak ingin bekerja, tapi karena sistem kerja yang baru. Sistem baru itu memaksaku untuk bekerja melebihi waktu biasa. Selain itu, sistem baru ini membuatku sulit meminta izin.
Oktober 2010, kuputuskan berhenti bekerja dari sebuah kantor pemasaran perumahan. Bukan karena tidak ingin bekerja, tapi karena sistem kerja yang baru. Sistem baru itu memaksaku untuk bekerja melebihi waktu biasa. Selain itu, sistem baru ini membuatku sulit meminta izin.
Aku
aktif di sebuah harokah. Aktifitasku di sana adalah mengaji dalam perhalqahan lalu menyampaikannya pada yang
lain. Jika ditinjau dari hukum Syara’, aktifitas menuntut ilmu dan menyampaikannya
adalah wajib. Sedang bekerja adalah mubah bagi seorang muslimah. Atas dasar
inilah kuputuskan untuk berhenti bekerja.
Aku
yakin berhenti bekerja bukan berarti memutus tali rezeki. Rizki minallah, begitu yang selalu kuyakini. Meski begitu, aku
mengerti bahwa rezeki tidak datang dengan sendirinya. Ada sebab akibat atau
perantara yang harus dijalani. Tuntutan kehidupan mengharuskanku mencari
pekerjaan baru. Pekerjaan yang tidak terlalu menyita waktuku.
Setiap
hari aku mencari info lowongan kerja, dari internet, koran atau teman. Entah
berapa banyak surat lamaran yang kulayangkan via pos. Tidak hanya lewat pos,
aku juga mengirim lamaran via e-mail.
Entah berapa banyak uang yang kuhabiskan untuk memenuhi panggilan interview. Bukan hanya usaha, do’apun
tak lupa kupanjatkan. Shalat sunnahpun kujalankan. Namun pekerjaan belum juga
berpihak padaku.
Sebenarnya
ada beberapa perusahaan yang menerimaku. Sayangnya, perusahaan tersebut tidak
berbeda dengan pekerjaan lamaku. Untuk apa aku terima, sedang kantor lama yang
masih menawariku pekerjaan saja aku tolak. Aku juga sempat mendatangi
perusahaan yang hanya menipu para pencari kerja. Untuk bekerja di perusahaan
tersebut kami harus membayar uang training
sebesar Rp. 500.000,-. Setelah kucari info, ternyata perusahaan tersebut masuk
dalam blacklist perusahaan penipu.
Untungnya aku tidak tertipu.
Setelah
perusahaan itu, aku mendapat panggilan dari sebuah perusahaan. Tidak jauh
berbeda dengan sebelumnya, menurutku ini juga penipuan. Di koran dikatakan
perusahaan tersebut membutuhkan admin, sekretaris dan lainnya. Tapi di hari interview aku dan pelamar lainnya diajak
untuk berjualan, manjadi sales marketing.
Katanya, untuk mendapatkan posisi yang diinginkan kita harus menjual produk
mereka selama +3 bulan.
Mencari
pekerjaan terasa sangat sulit. Harus bagaimana lagi untuk mendapat pekerjaan?
Tidak bisa dipungkiri, orang tua dan orang di sekitarku yang menanyakan soal
pekerjaan juga membuatku tertekan. Pusing! Dua bulan ini aku hanya membuang
waktu, tenaga dan biaya. Hasilnya, nol besar. Kadang aku menangis di sepertiga
malam. Mengadukan semua pada Allah. Memohon agar Dia mau mengabulkan do’aku,
menjawab usahaku.
Sudahlah,
aku tidak mau lagi pusing dengan mencari pekerjaan. Terserah apa yang akan
orang tanyakan padaku. Yang aku tahu, aku sangat lelah. Januari 2012 kubiarkan
berlalu tanpa mencari pekerjaan. Aku tidak lagi membeli koran, ke warnet, atau
bertanya pada seorang teman. Tidak. Setidaknya hingga lelah ini tidak lagi
bersamaku. Aku masih yakin, rizki
minallah.
Waktu
luangku lebih banyak kupergunakan untuk menjalankan aktifitas di harokah dan introspeksi
diri. Hingga tepat di sepertiga malam Jum’at, 17 Pebruari 2012, di hari
kelahiranku. Aku kembali introspeksi diri, mengapa selama ini usaha dan do’aku
untuk mendapat pekerjaan belum juga terjawab.
Aku
beristighfar berkali-kali. Seakan Allah telah menjawab. Mengapa Allah tidak
juga memberiku sebuah pekerjaan? Mungkin selama ini aku hanya fokus mencari
pekerjaan, mencari dunia. Aku telah lupa alasanku meninggalkan pekerjaan
lamaku. Setiap malam do’aku hanya tentang pekerjaan. Tidak pernah kudo’akan
keluargaku saudara-saudara seagamaku. Seakan-akan akulah satu-satunya orang
yang sedang dalam kesulitan.
Betapa
egoisnya aku. Pantas saja Allah tidak juga menjawabnya. Betapa malunya aku pada
Allah saat ini.
Ya Allah, ampuni aku. Aku tidak
ingin lagi terjebak dalam urusan dunia hingga melalaikan kewajibanku.
Kuserahkan semua padamu, Engkau tahu yang terbaik untukku. Jika Egkau
menghendaki sebuah pekerjaan, apapun itu akan kuterima tapi jika tanpa
pekerjaan akan lebih mendekatkan aku padaMu, sungguh, aku ridho....
Lega
rasanya menyerahkan semua pada Allah. Lelah yang selama ini menyelimutiku hilang
tidak berbekas.
Jum’at
pagi sekitar pukul 07.00, seorang tetangga memanggilku. Ia menawariku sebuah
pekerjaan di daerah Bogor. Kebetulan kantor tempat suaminya bekerja sedang
membutuhkan administrasi baru. Seketika itu juga aku merasa Allah menjawab
usaha dan do’aku. Akhirnya kucoba melamar di perusahaan tersebut. Alhamdulillah,
pekerjaan itu cocok. Tanpa perlu kuhabiskan waktu, tenaga, dan biaya.
Ketika
telah kuserahkan semua pada Allah, Allah-lah yang menyelesaikannya. Allah
menjawabnya. Ya, serahkan saja pada Allah. Sisanya biarkan Allah yang mengurus.
***
RSS Feed
Twitter
Jumat, Februari 08, 2013
Unknown

Posted in