Sabtu, 22 Februari 2014

Beberapa waktu yang lalu kita digegerkan dengan berita seorang Ustadz yang menginjak kepala operator sound di sebuah acara saat beliau ceramah. Kalo menurut Ustadznya sih, katanya itu bukan menginjak, cuma menekan pundak operator dengan lututnya sambil menasehati sang operator, gara-gara sang operator berbicara dengan nada marah-marah pada saat Ustadz minta ditambah volume mikrofonnya. Hm, saling menasihati itu emang kewajiban sesama muslim. Tapi, kita sepakat lha ya, hal semacam itu gak seharusnya dilakukan oleh seorang Ustadz, seseorang yang jadi teladan buat umat. Ya, gak? Allah kan, sudah menyuruh kita untuk saling mengingatkan dengan cara yang baik dalam firman-Nya. 

“Berkatalah kamu berdua kepadanya dengan lemah lembut agar ia mengikuti jalan yang benar atau agar ia takut kepada-Ku (Q.S. Al Hujarat : 13).

Yang juga masih anget diingetan kita adalah kasus tawuran di pintu masuk perumahan Tirta Kahuripan pada hari Rabu (12/2) lalu. Tawuran antara siswa SMK Wiyata Karisma dengan SMK Menara Siswa itu, menewaskan Ade Sudrajat, seorang siswa SMK Wiyata Karisma. Semua orang juga tahu, kalo mereka yang tawuran itu adalah remaja-remaja muslim. #tepokjidatbareng-bareng
Islam jelas gak pernah mengajarkan umatnya tentang kekerasan apalagi membunuh sesama muslim. Dosa besar tuh! Seperti yang digambarkan dalam sebuah hadits dari Abu Bakrah (Nufa'i) bin al Harits ats Tsaqafy berkata: Rasulullah saw bersabda, "Apabila dua orang Muslim berhadapan dengan pedang masing-masing maka pembunuh dan terbunuh keduanya sama-sama masuk neraka. Abu Bakrah bertanya, "Ya Rasulullah, yang membunuh jelas masuk neraka tetapi mengapa yang terbunuh juga demikian? Rasulullah saw menjawab, "Karena ia juga memiliki niat sungguh-sungguh akan membunuh lawannya." (HR Bukhari - Muslim). Na’udzubillahi Min Dzalik!

Yang gak kalah rame, datang dari cerita Ibu Tri Rismaharini, walikota Surabaya, yang mengaku bertemu dengan seorang PSK berusia 62 tahun. What? 62 tahun? Itu sih nenek-nenek namanya! Siapa juga yang bilang dia remaja. (he...). Kacaunya, si nenek ini melayani anak-anak SD/SMP/SMA yang cuma punya duit seribu-dua ribu gitu. Aduh! Nih nenek bukannya tobat malah jerumusin cucu-cucunya buat maksiat! Astagfirullah....
What’s Wrong?
Hm, rasanya tiga kasus dari tiga generasi barusan udah cukup buat ngegambarin kondisi umat saat ini. Cukup buat kita bertanya-tanya, he to the lo, hello, ada apa sih sebenernya? Mereka muslim tapi kelakuannya jauh dari Islam. what’s wrong my bro n my sis? Hm, mari kita selidiki! Capcus!

Banyak orang bilang saat ini Indonesia sedang mengalami degradasi moral. Apaan tuh? 
Maksudnya penurunan moral alias penduduk negeri mayoritas muslim ini merosot akhlaknya. Ngomongin soal akhlak berarti ngomongin soal kepribadian. Sebelum ngomongin soal keperibadian, kita harus nyamain dulu nih, persepsi kita tentang kepribadian. Maklumlah, di zaman sekarang pengertian kepribadian udah rada geser dari arti sebenarnya.

Dalam Islam, kepribadian adalah kemampuan seseorang dalam mengaitkan pola pikir (bahasa kerennya : Aqliyah) dan pola sikap (bahasa kerennya : Nafsiyah). Pola pikir maksudnya cara kita memikirkan/menilai sesuatu. Kalo kita menggunakan aqidah Islam dalam menilai sesuatu, berarti pola pikir kita pola pikir Islami (bahasa kerennya : Aqliyah Islamiyah). Pola sikap maksudnya sikap kita dalam memenuhi tuntutan naluri dan kebutuhan fisik. Kalo kita menggunakan aqidah Islam dalam memenuhinya, berarti pola sikap kita pola sikap Islami (bahasa kerennya : Nafsiyah Islamiyah). Kalo pola pikir n pola sikap kita udah Islami, artinya kepribadian yang kita punya kepribadian Islam (bahasa kerennya : syakhshiyah Islamiyah). Sebagai remaja muslim kita kudu bin wajib punya kepribadian Islam. Karena ini udah jadi konsekuensi dari keimanan kita pada Allah.

Nenek yang menjadi PSK atau pelajar yang tawuran tadi jelas gak punya kepribadian Islam. Pertanyaannya, kenapa mereka sampe gak punya kepribadian Islam? Jawabnya, karena mereka gak menjadikan Islam sebagai pola pikir n pola sikap. Makin jadi, dengan kondisi masyarakat kita yang makin individualis –hidupnya nafsi-nafsi-, liberalis, hedonis, dan is is yang lain.  Ok, ok, itu mereka. Tapi, gimana dengan kasus Ustadz? Apa itu berarti Ustadz tadi gak punya kepribadian Islam?

Yah, namanya juga manusia. Gak ada yang sempurna alias ada aja cacatnya, istilahnya cacat syakhshiyah. Cacat syakhshiyah ini biasanya disebabkan karena tiga hal. Pertama, karena tidak tahu. Kedua, karena khilaf (kelalaian). Atau ketiga, karena godaan setan.

Conclusion

Siapa sih yang mau dibilang akhlaknya merosot. Terus, gimana caranya supaya kita punya kepribadian Islam? Sekarang dan nanti. Let’s cekidot!

Pertama, jadikan aqidah Islam sebagai pola pikir n pola sikap kita. Supaya kita jadi pribadi yang Islami. Kedua, tambah tsaqofah Islamiyah lewat ngaji or baca buku. Supaya kita banyak tahu, tahu mana yang Allah ridho mana yang enggak. Supaya kita bisa semakin mengendalikan diri dan tingkah laku. Ketiga, terus dekatkan diri pada Allah. Shalat lima waktu gak boleh lewat. Shalat sunnah n ibadah nafilah lainnya juga jangan ketinggalan. Keempat, saling mengingatkan dan menasihati dengan cara yang ma’ruf. Setuju?

Nah, yuk benahi diri. Jadikan Aqidah Islam sebagai landasan kepribadian. Halal-haram, itu tolak ukur perbuatan. Rasulullah yang jadi tauladan. Cukuplah ridho Allah menjadi kebahagiaan. Dengan begitu, semoga kita tidak tergoda dengan godaan setan. Kalo masih tergoda, kebangetan. Ups! Mohon maaf kalo ada kesalahan. Keep Istiqomah, keep spirit Islam, keep smile....

Wallahu’alam bi showab
Bogor, 22 Pebruari 2014