Anakmu Mau Curhat, Mak
Mak, kemaren Bapak "S" (bukan spiderman atau superman,yak) bilang emak itu tulang punggung perekonomian (detik.com). Oktober lalu juga ada yang mengatakan hal senada, 'pelaku usaha perempuan memiliki potensi menggerakan ekonomi kerakyatan dalam kancah MEA' (beritasatu.com).
Berbagai program dibuat, katanya untuk pemberdayaanmu, Mak.
Anakmu Mau Curhat, Mak
Mak, anakmu ini jadi bertanya-tanya. Bukannya perempuan itu tulang rusuk? Kenapa tiba-tiba jadi tulang punggung? Bukannya tulang punggung itu Bapak? Apa sekarang Bapak yang jadi tulang rusuk? Atau Emak dan Bapak jadi tulang punggung berdua?
Kalau begitu siapa yang menemani, mengajari, mendengarkan juga "men-cereweti" kami di rumah, Mak? Emak juga kah?
Kalau begitu berat sekali bebanmu, Mak. Dituntut mendidik kami jadi generasi berkualitas sambil menopang perekonomian.
Pertanyaanku selanjutnya, Mak, Bisa kah keduanya berjalan selaras? Tidakkah lelah fisik dan pikiran karena seharian bekerja membuatmu tidak lagi bergairah meladeni kami, anakmu?
Anakmu Mau Curhat, Mak
Ah, Mak, tapi kudengar Emak terpaksa ikut jadi tulang punggung karena biaya hidup kian tinggi sementara gaji Bapak tak mencukupi.
Ya ... begini lah Mak, hidup di tengah-tengah sistem Kapitalisme dengan standar materinya. Jika ada celah untuk mengambil koin gope-an (Rp. 500,-), meski harus menginjak, menjatuhkan siapa pun itu, mereka akan tetap melakukan.
Anakmu Mau Curhat, Mak
Tidak, Mak. Tidak seharusnya posisimu menjadi tulang punggung. Sungguh Mak, Islam telah memberimu posisi yang amat mulia, Ummu wa robbatul bayt (Ibu dan pengurus rumah tangga). Pendidik generasi. Bahkan Allah menambah kemuliaan atasmu dengan posisimu tiga tingkat di atas Bapak. Sebagai Ibu, Mak. Bukan tulang punggung.
Maka seharusnya urusan ekonomi keluarga, negara harus menjamin bahwa setiap kepala keluarga mampu menafkahi keluarganya dengan baik.
Anakmu Mau Curhat, Mak
Mak, maukah kembali ke rumah?
Kami rindu ditemani, diajari, bahkan dicereweti Emak. Kami rindu. Mana lah bisa kami jadi generasi berkualitas tanpa Emak.
Maukah kembali pada posisi mulia yang Allah berikan padamu?
Tapi maaf Mak, posisi muliamu tidak ada dalam Kapitalis. Posisi mulia itu hanya ada di dalam kehidupan Islam. Maka, untuk kembali pada posisi muliamu, kita harus mengembalikan kehidupan Islam itu lebih dulu.
Ayo Mak, temani kami berjuang mengembalikan posisi muliamu, ummu wa robbatul bayt .....
#NegaraSokoGuruKetahananKeluarga #KongresIbuNusantara4
Mak, kemaren Bapak "S" (bukan spiderman atau superman,yak) bilang emak itu tulang punggung perekonomian (detik.com). Oktober lalu juga ada yang mengatakan hal senada, 'pelaku usaha perempuan memiliki potensi menggerakan ekonomi kerakyatan dalam kancah MEA' (beritasatu.com).
Berbagai program dibuat, katanya untuk pemberdayaanmu, Mak.
Anakmu Mau Curhat, Mak
Mak, anakmu ini jadi bertanya-tanya. Bukannya perempuan itu tulang rusuk? Kenapa tiba-tiba jadi tulang punggung? Bukannya tulang punggung itu Bapak? Apa sekarang Bapak yang jadi tulang rusuk? Atau Emak dan Bapak jadi tulang punggung berdua?
Kalau begitu siapa yang menemani, mengajari, mendengarkan juga "men-cereweti" kami di rumah, Mak? Emak juga kah?
Kalau begitu berat sekali bebanmu, Mak. Dituntut mendidik kami jadi generasi berkualitas sambil menopang perekonomian.
Pertanyaanku selanjutnya, Mak, Bisa kah keduanya berjalan selaras? Tidakkah lelah fisik dan pikiran karena seharian bekerja membuatmu tidak lagi bergairah meladeni kami, anakmu?
Anakmu Mau Curhat, Mak
Ah, Mak, tapi kudengar Emak terpaksa ikut jadi tulang punggung karena biaya hidup kian tinggi sementara gaji Bapak tak mencukupi.
Ya ... begini lah Mak, hidup di tengah-tengah sistem Kapitalisme dengan standar materinya. Jika ada celah untuk mengambil koin gope-an (Rp. 500,-), meski harus menginjak, menjatuhkan siapa pun itu, mereka akan tetap melakukan.
Anakmu Mau Curhat, Mak
Tidak, Mak. Tidak seharusnya posisimu menjadi tulang punggung. Sungguh Mak, Islam telah memberimu posisi yang amat mulia, Ummu wa robbatul bayt (Ibu dan pengurus rumah tangga). Pendidik generasi. Bahkan Allah menambah kemuliaan atasmu dengan posisimu tiga tingkat di atas Bapak. Sebagai Ibu, Mak. Bukan tulang punggung.
Maka seharusnya urusan ekonomi keluarga, negara harus menjamin bahwa setiap kepala keluarga mampu menafkahi keluarganya dengan baik.
Anakmu Mau Curhat, Mak
Kami rindu ditemani, diajari, bahkan dicereweti Emak. Kami rindu. Mana lah bisa kami jadi generasi berkualitas tanpa Emak.
Maukah kembali pada posisi mulia yang Allah berikan padamu?
Tapi maaf Mak, posisi muliamu tidak ada dalam Kapitalis. Posisi mulia itu hanya ada di dalam kehidupan Islam. Maka, untuk kembali pada posisi muliamu, kita harus mengembalikan kehidupan Islam itu lebih dulu.
Ayo Mak, temani kami berjuang mengembalikan posisi muliamu, ummu wa robbatul bayt .....
#NegaraSokoGuruKetahananKeluarga #KongresIbuNusantara4
RSS Feed
Twitter
Senin, Desember 26, 2016
Unknown
Posted in