Ba'da Isya, sekitar pukul 19.30, aku akhirnya sampai di stasiun Tebet. Seperti biasa jam-jam segitu adalah jam pulangnya para pekerja. Jadi, jika tujuan anda adalah Bogor, jangan berharap dapat duduk. Masih bisa berdiri saja rasanya sudah bagus. Kecuali, jika anda mau menunggu sekitar 60 menit. Mungkin anda bisa duduk.
Selesai mengisi ulang tiket, men-tap, kemudian masuk stasiun. Kuambil posisi di peron satu tepat di belakang garis kuning (sebagai roker yang baik, he...). Ada dua orang perempuan yang sudah berdiri lebih dulu di kananku. Usianya kira-kira 19-25an. Sebut saja Mawar dan Melati. Karena berdiri di sebelah mereka, mau tidak mau aku mendengar semua percakapan mereka.

Jika tidak salah menganalisa (gayanya, menganalisa ...), keduanya adalah pegawai di toko kaset/CD. Aku tahu itu karena salah satunya, anggap saja Mawar, terus mengeluh tentang teman kerja (agar mudah, kita sebut saja Anggrek) mereka yang selalu bertanya,
CD band ini letaknya di mana?, judul album terbaru penyanyi ini apa? ada di barisan mana CD-nya? blablablabla ..... Mawar merasa bosan harus terus menjawab pertanyaan yang sama dari Anggrek. Puncaknya adalah ketika Anggrek bertanya judul album dan letak CD band favoritnya sendiri pada Mawar.
"Gimana sih, lu?! Katanya lu fans loyalnya. Judul albumnya aja lu nggak tahu! Letak CD-nya lu nggak tahu!" begitu bentakkan Mawar pada Anggrek saat bercerita ke Melati, "gila kan?! Ni anak ngaku fans loyal tapi judul albumnya aja nggak tahu!" sungutnya.
Terlihat melati hanya mengangguk.
"Kalau menurut gue ya, dia tuh nggak layak ngaku jadi fans loyal. Karena menurut gue bukan kek gitu yang namanya fans loyal!" sungutnya lagi.
"Emang menurut lu fans loyal itu yang gimana?" tanya Melati.
Aku tidak tahu persis kenapa topik pembicaraan mereka kemudian bergeser tentang "Fans Loyal". Yang jelas, ada kalimat yang cukup menarik ketika Mawar menjawab pertanyaan Melati.
"Menurut gue, fans loyal itu, lu tahu semua tentang band favorit lu! Lu tahu profil anggotanya! Lu tahu semua albumnya! Lu beli semua album aslinya! Lu hafal lagunya! Lu tahu dia konser di mana! Tiap band itu konser, lu datengin! Nggak peduli di mana tempatnya! Lu ikutin gaya mereka! Itu baru fans loyal! Ini, ngaku fans loyal, judul albumnya apa aja, nggak tahu! Beneran lu fans loyal?!"
Wow, menarik! Gumamku dalam hati. Di era sekuler (dimana orang memisahkan agama dari kehidupan) ini, ternyata ada (mungkin banyak) orang yang mengartikan fans loyal dengan sedemikian rupa. Bahkan kemudian merasa perlu untuk mempertanyakannya pada orang yang mengaku fans dari sebuah band.
Tapi, ada hal lain yang jauh lebih penting kita pertanyakan. Bukan tentang fans loyal. Melaninkan "Muslim Loyal". Bukan hanya pada satu orang. Tapi pada banyak orang. Pada saudara. Penguasa. Pemimpin. Dan seluruh umat Islam di dunia termasuk diri kita sendiri.
"Kalian muslim? Kita muslim? Benarkah? Jika kita muslim bukankah harusnya kita tahu apa itu Islam? Tahu siapa Tuhan kita? Tahu apa kitab suci kita? Tahu siapa Rasul kita? Tahu bahwa seluruh muslim, di mana pun, adalah bersaudara? Tahu bahwa Allah menyuruh kita untuk masuk ke dalam agamanya secara kaaffaah? Taat pada Allah dan Rasul-Nya. Tidak peduli di mana pun berada, kita akan selalu dalam taat?
Lalu, mengapa kita diam ketika melihat saudara-saudara kita di Palestina bertahun-tahun dibombardir oleh Zionis Israel? Mengapa masih diam bahkan sebagian meolak ketika ada saudara yang menyeru untuk kembali berhukum dengan hukum-Nya? Hanya mematung ketika ada yang mengajak memperjuangkan Islam? Bahkan segaian berusaha menghalang-halangi. Mengapa masih enggan untuk menjalankan seluruh agama-Nya? Mengapa masih berat untuk taat pada Allah dan Rasul-Nya? Benarkah kita muslim?
Meski begitu, anehnya, dengan tanpa rasa malu, kita terus berkoar bahwa kelak kita semua ingin berkumpul di surga. Lupakan kita tentang siapa pemilik surga yang luasnya seluas langit dan bumi? Ah, tidak. Nyatanya kita semua tahu betul bahwa pemiki surga adalah Allah. Pertanyaannya, akankah Allah mengizinkan makhluk yang enggan taat pada-Nya untuk menjejaki surga-Nya?"
Mungkin itu pertanyaan yang harus kita renungi bersama. Maaf, bukan bermaksud menggurui. Hanya terbawa emosi. Di era sekuler ini, sepertinya ada begitu banyak pertanyaan yang terlontar untuk hal yang sebenarnya melalaikan kita sebagai seorang muslim. Menjauhkan umat Islam dari Islam. Tidakkah begitu?